Tari Topeng Cirebon
Tari topeng
adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Cirebon. Tari ini
dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng.
Konon pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang
cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati
berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari
Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang Curug Sewu.
Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa
menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran
Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian
Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.
Temenggung yaitu Menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya. Sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa yang Paripurna. Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh.
Klana atau Rahwana melambangkan sifat angkara murka yang terdapat di dalam manusia. Kelana artinya Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar
Jika disimpulkan tarian ini mencerminkan kehidupan manusia dari lahir hingga ajal menjemput, seperti 5 ruas jari yaitu lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua.
sumber : http://cirebonan.org/2013/02/tari-topeng-cirebon/
Berawal dari keputusan
itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari
sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran
Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu
itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang
itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian
menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi
pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama
Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya
waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan
masih berkembang hingga sekarang
Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng
hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian
biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng
yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai
perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Tarian ini diawali
dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada
penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu,
kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan
rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya.Gerakan ini
kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton dengan menggoyangkan
pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng ini menyimbolkan
bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai. Setelah berputar-putar
menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah
membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna putih
itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukan ketika
penari berganti topeng yang berwarna merah. Uniknya, seiring dengan
pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan
sang penari juga semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi
ketika topeng warna merah dipakai para penari.
Setiap pergantian warna
topeng itu menunjukan karakter tokoh yang dimainkan, misalnya warna
putih. Warna ini melambangkan tokoh yang punya karakter lembut dan alim.
Sedangkan topeng warna biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu
yang lincah dan anggun. Kemudian yang terakhir, warna merah
menggambarkan karakter yang berangasan (temperamental) dan tidak
sabaran. Dan busana yang dikenakan penari biasanya selalu memiliki unsur
warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok,
kebaya, sinjang, dan ampreng.
Pokok-pokok dalam Tari Topeng ini adalah
- Adeg-Adeg yaitu Kita harus berdiri dengan kokoh agar tidak tergoyahkan.
- Pasangan yaitu kita senantiasa memberikan suri tauladan kepada orang lain dengan berbuat kebajikan dan kebaikan.
- Capang yaitu agar kita selalu ringan tangan memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan.
- Banting Tangan yaitu kita harus senantiasa bekerja keras.
- Jangkungilo yaitu mengukur keinginan kita dengan kemampuan yang ada.
- Godeg yaitu geleng kepala, Maknanya apabila kita melihat saudara kita sesama manusia yang sedang dilanda kesulitan atau kesusahan kita senantiasa menggelengkan kepala dan kemudian menolongnya sesuai kemampuan.
- Gendut yaitu dalam hidup kita jangan gemuk sendiri karena masih banyak saudara-saudara kita yang kekurangan dan hidup dibawah garis kemiskinan.
- Kenyut yaitu kepincut. Maknanya kita kepincut kepada hal-hal yang sifatnya positip dan konstruktif.
- Nindak / Njangka yaitu bertindak atau berbuat. Maknanya kita senantiasa harus berbuat kepada jalan yang diridhoi Allah SWT.
Panji yaitu
menggambarkan kesucian manusia yang baru lahir. Gerakannya halus dan
lembut. Tidak seluruh tubuh digerakan. Panji akronim dari kata MAPAN
ning kang siji yang artinya tetap kepada yang satu atau esa “Tidak ada
Tuhan selain Allah”
Samba atau Pamindo yaitu melambangkan kelincahan manusia dimasa kanak-kanak. Sikapnya lincah
dan lucu tapi juga luwes. Berasal dari kata SAMBANG atau SABAN yang
artinya setiap. Maknanya bahwa setiap waktu kita diwajibkan mengerjakan
segala Perintah- NYA. Sedangkan Pamindo artinya Diduakalikan
(Dipindoni), maknanya bahwa disamping mengerjakan perintah – NYA, kita
juga perlu melaksanakan hal –hal yang sunnah.
Rumyang
yaitu menggambarkan kehidupan seorang remaja akil balig. Rumyang
berasal dari kata Arum / Harum dan Yang / Hyang (Tuhan).Maknanya bahwa
kita senantiasa mengharumkan nama Tuhan yaitu dengan Do’a dan dzikirTemenggung yaitu Menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya. Sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa yang Paripurna. Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh.
Klana atau Rahwana melambangkan sifat angkara murka yang terdapat di dalam manusia. Kelana artinya Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar
Jika disimpulkan tarian ini mencerminkan kehidupan manusia dari lahir hingga ajal menjemput, seperti 5 ruas jari yaitu lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua.
sumber : http://cirebonan.org/2013/02/tari-topeng-cirebon/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar